Minggu, 09 Januari 2011

a POEM oleh MUH. OBEY AHADASTOFA

Cinta

Cinta itu ibarat sepatu. Ketika pertama dibeli, masih di dambakan, masih telihat perfect, baunyapun masih wangi. Akan tetapi, jika lama-kelamaan tidak pernah dirawat dan dijaga, dengan sendirinya akan rusak walaupun sudah diperbaiki tetap saja akan rusak kembali.
Begitu pula dengan cinta, pertama kali rasanya begitu indah dan sangat dirindukan. Akan tetapi, jika tidak pernah dijaga, akan renggang walau udah diperbaiki kembali, akan tetapi jika masih ada celah kerenggangan itu datang maka akan putus total pola, mungkin juga akan diambil orang lain.
Cara mengatasi kerenggangan itu, dengan berusaha memperhatikan sosok pasanganmu, menyayanginya dengan real……
Rasakan saja
Ketika malam hendak tertiup
Angin malampaui batas cahyanya
Dengan kata yang terusik
Membuat itu semakin manis
Waktu tak menentu
Menjadikan takdir tak tentu
Meski ku berlari tetap tak tentu
Biarlah rasa ini kau peluk

Keluarga
Mata merah
memandang kaca
Berkhayal nyata
Meniup saja

Sama darah
Dua cahaya
Bersatu jaya
Di dalam keluarga
Berumur tua
Berumur muda
Sama berbeban malu
Sukar berberat bahu

Coreng

Setitik noda
Berbekas pada benda
Hanya pasrah
Karena tak ada daya
Tercoreng oleh noda
Terjatuh oleh malu
Ke dasar sang lapisan
Di dalam jurang keinahan

Pemuda
Berbakat menerjang
Setiap sangkakala
Menyatukan kembang
Yang tak lagi menyala

Berpasrah demi sang tua
Berlari menerjang usaha
Rela menerjang hawa
Walau kadang sia-sia
Mereka menuju tujuan
Demi kehidupan
Tetap demi sang tua
Demi sang cahya pula

Terang
Cerita tenang
Menerjang terang
Berkalung manja
Tanpa dikenang
Berbagai titik sinar
Tetap tak senang
Walau tak benar
Jaya tetap dikenang
Berbagai titik terang
Berbagi keindahan
Janganlah terhembus
Walaupun kau takut



Lalu
Ku ingin mengadu
Tentang cerita yang lulu
Walau ku ragu
Kukan tetap mau menunggu
Cerita yang pernah terjadi
Di dalam malam yang sunyi
Membuat ku yakin
Akan cinta yang tulus
Biarlah semua berlalu
Aku tak mau malu
Aku adalah cerita yang lalu
Dan aku adalah berita untuk hari yang baru

Cinta yang…
Kau ibarat bunga yang mekar
Yang selalu di harap
Kau adalah rindu
Yang selalu indah tuk dinanti
Kau begitu indah bagai cinta
Cinta yang menerangi hati
Yang membuat damai jiwa
Yang membuat sukar tuk menjauh
Kuingi selalu dihatimu
Didekatmu
Dibenakmu
Dan selalu menjagamu

Palsu
Bintang itu indah
Dengan cahayanya yang terang
Dari pantulan yang genap
Hingga yang membuat itu bercahaya
Bintang itu palsu
Indahnya tak berayu
Hanya mau menipu
Dengan terangnya yang syahdu
Itulah bintang
Terangnya kan redup
Ketika mentari tak menyapu
Dengan cahaya yang anggun

Bantulah

Sedih si merah ini
Melirik si kaki kecil
Ditanah kami
Bertenteng sampul



Berharap ada bantu
Walau tak dimau
Demi menutup malu
Sang noda yang merayu
Kasihlah dari tanganmu
Dengan rasa tenang
Agar selalu senyummu
Tetap dikenang

Hancur

Terjajah oleh hawa
Sang tua tetap tak menyala
Walau ditanya
Tetap dijajah
Hancur berkeping-keping
Warisan nenek moyang
Yang sekarang renggang
Oleh sang karang
Tali takdir
Bukan untuknya
Walau telah hancur,
Kenangannya



Amarah

Takdir merayu
Diwaktu tak tentu
Bersama jenuh
Datang menjauh
Walau telah jauh
Tetap harus ditahan
Agar tetap ku mau
Dihati yang merasakan
Untuk hidup lebih tua
Agar tidak tersesat
Tujuan demi hawa
Yang selalu tak tamat

Sebatang lidi

Rapuhkah..
Terjatuhkah…
Tak ada dayakah….
Tuk melawan tanpa pasrah
Tak diberi ukuran
Akhirnya jatuh berhamburan
Walau sebatang
Tetap tak dapat terbang
Begitulah lidi
Bergitulah saat sendiri
Legenda
Berjuta bintang yang bertaburan
Sekuat mentari petang yang kan terganti
Dengan keindahan yang hayati
Dengan kesejukan lalu yang berarti
Laksamana tinta permanen
Di atas putih tulusnya kertas
Membuat selalu takkan dilupa
Ku ingin mereka tahu
Bahwa yang lalu itu adalah legenda

Senja
Mentari meredupkan sinarnya
Membuat angin berbunyi perlahan-lahan
Damai hening nan senyap cerita sekarang
Dan bermalam dalam kegelapan
Terkenang malam dalam diriku sekarang
Tanpa ada Tanya yang datang
Karena kan bersiap menerjang alam
Di dalam malam mendatang
Jiwa yang kini tenang
Kan siap berubah dahsyat
Dalam kerinduan merasakan alam
Berfikir cerah di hari yang gemilang kelak

Sapaan jiwa
Hay wajah-wajah pemilik jiwa
Kan ku kabarkan jiwamu ini
Bersatu membentuk rasa
Dalam tahap suara jiwa
Maukah kau berstu maju dengaku
Atau mundur terpatah-patah
Oleh resah yang mengganggu
Atau maukah kau bediri menunggu
Kubutuh jawaban pasti
Tuk sapaan sepanjang hari
Tentang kehidupan jiwa
Dalam hari yang dinanti



Doa
Kehidupan penuh dosa
Melampaui batas yang wajar
Bertinggal redup dalam kemurungan
Tanpa dukungan suci dari batin
Oh Tuhanku
Kau tau ku jauh
Kau tau ku hanyut
Dan jiwaku telah redup
Oh Tuhanku
Kenanglah ku dibenakmu
Sebagai pemilik wajah
Dari jiwa yang Kau ciptakan